topbella

Selasa, 20 Maret 2012

Fenomena FOBIA terhadap psikolog dan kesehatan mental

Apakah Fobia itu?

Fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal. Fobia dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Mengapa? Bagi sebagian orang, Fobia sulit dimengerti ataupun dipahami. Itu sebabnya, hal ini sering dijadikan bulan-bulanan, ejekan, ledekan oleh teman-teman sekitarnya. Ada perbedaan “sebutan” antara pengamat fobia dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan logika sementara seorang pengidap fobia biasanya menggunakan rasa. Bagi pengamat dirasa lucu dan terkadang merasa aneh bila seseorang berbadan besar, takut dengan hewan kecil seperti kucing atau cicak. Sementara dibayangan mental seorang pengidap fobia subjek tersebut menjadi benda yang sangat besar, berwarna, sangat menjijikkan ataupun menakutkan. Sesuai cerita di atas, dapat disimpulkan bahwa Fani sebagai seorang pengidap fobia dan Jordan serta teman-teman lainnya sebagi pengamat fobia.

Fobia berasal dari istilah Yunani ‘phobos’ yang berarti lari (fight), takut dan panik (panic-fear), takut hebat (terror). Istilah ini memang dipakai sejak zaman hippocrates. Jaspers (1923) berpendapat bahwa fobia adalah rasa takut yang sangat dan tidak dapat diatasi terhadap suatu keadaan dan tugas yang biasa. Ross (1937) mengatakan fobia sebagai rasa takut yang khas yang disadari oleh penderita sebagai suatu hal yang tidak masuk akal, tetapi tidak dapat mengatasinya. Dan Errera (1962) menyatakan sebagai rasa takut yang selalu ada terhadap suatu benda atau pendapat yang dalam keadaan biasa tidak menimbulkan rasa takut.

Kronologis Fenomena

Seorang remaja putri berlari-lari seperti dikejar-kejar setan, berlari masuk ke dalam rumah sampai ke ruang makan rumah temannya. Memangnya, ada setan atau hantu di siang bolong gini. Sedangkan yang lainnya yang sedang duduk di ruang tamu sambil mengerjakan tugas hanya bisa melongo melihat kejadian aneh ini. Beberapa remaja lainnya tertawa-tawa melihat tingkah laku temannya barusan.

Lalu, “ada apaan sih ..?”, Tanya salah satu remaja laki-laki yang bersandar dan berselonjor di tembok ruang tamu. 5 menit berlalu, remaja putri yang berlari terbirit-birit mulai mencoba melangkah keluar sambil meihat keadaan di sekitar. Ia hanya tersenyum malu melihat kami yang sedari tadi mengamatinya.

“Gouugh…gouggh…goouuchh…” terdengar suara anjing tetangga yang terdengar seakan-akan berada di rumah itu.

“Ouuu … Fani takut sama suara anjing ya bukan anjingnya .. hahahahahhh ..”, kata salah seorang remaja putri lain. Semua pun tertawa-tawa dan Fani yang sangat ketakutan dan agak malu. “Jadi ada yang Fobia dengan suara anjing nih ..?”, ledek Jordan. Dengan wajah merah dan malu Fani menganggukkan kepalanya.

Kejadian ini sulit dimengerti bagi sebagian besar orang. Rasa takut yang berlebihan memang bisa dikatakan sebagai Fobia. Dan hal ini bisa dikategorikan sebagai felinophobia yaitu takut akan anjing yang terdengar suaranya saja ketakuktan apalagi berhadapan dengan anjing langsung.

Psikologi Kesehatan Mental

Definisi Kesehatan Mental

Dalam mendefinisikan kesehatan mental, sangat dipengaruhi oleh kulturdimana seseorang tersebut tinggal. Apa yang boleh dilakukan dalam suatu budayatertentu, bisa saja menjadi hal yang aneh dan tidak normal dalam budaya lain, dan demikian pula sebaliknya (Sias, 2006). Menurut Pieper dan Uden (2006),kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengalamiperasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relististerhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya,kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasandalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.



Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental

1. Biologis

2. Psikologis

3. Sosial Budaya

4. Lingkungan

Gangguan dan Penyakit Jiwa

1. Psikosomatik

Adalah penderita yang menemukan kelainan-kelainan atau keluhan. Pada tubuhnya yang disebabkan oleh faktor-faktor emosional melalui syarat yang menimbulkan perubahan yang tidak mudah pulihnya, misalnya : sulit tidur jika banyak masalah, hilang nafsu makan, makan berlebihan.

2. Kelainan kepribadian

Penderita sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Misalnya orang suka meledak emosinya.

3. Retardasi mental

Adalah keterbelakangan atau keterlambatan perkembangan jiwa seseorang.

Contoh dalam memahami sesuatu ilmu pengetahuan yang baru di dapat atau kata-kata baru, cara pemahamannya terlalu lama.

4. Rasionalisasi

Dimana penderita sering memutarbalikkan fakta yang bersangkutan dengan ego individunya sendiri atau dalam arti lain memutarbalikkan hati nuraninya sendiri yang mengakibatkan kepercayaan diri hilang.

5. Neurosis

Adalah gangguan jiwa yang penderitanya masih dalam keadaan sadar, dengan melalui ketidakberesan tingkah laku, susunan syaraf juga karena sikap seseorang terhadap orang lain.

Ciri-ciri neurosis meliputi : sering adanya konflik, reaksi kecemasan, kerusakan aspek-aspek kepribadian, phobia, gangguan pencernaan.

Seseorang yang terkena neurosis mengetahui bahwasanya bahwa jiwanya terganggu, baik disebabkan gangguan jasmani dan jiwanya sendiri.

6. Psikosis

Pada psikosis ini penderita sudah tidak dapat menyadari apa penyakitnya, karena sudah menyerang seluruh keadaan netral jiwanya.

Ciri-cirinya meliputi :

Disorganisasi proses pemikiran
Gangguan emosional
Disorientasi waktu, ruang
Sering atau terus berhalusinasi

Terapi Gangguan Jiwa

Terapi di sini mengandung arti proses penyembuhan dan pemulihan jiwa yang benar-benar sehat. Di antaranya terapi-terapi yang digunakan meliputi beberapa bentuk :

a. Terapi holistic, yaitu terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan ditujukan kepada gangguan jiwanya saja, dalam arti lain terapi ini mengobati pasien secara menyeluruh.

b. Psikoterapi keagamaan, yaitu terapi yang diberikan dengan kembali mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.

c. Farmakoterapi, yaitu terapi dengan menggunakan obat. Terapi ini biasanya diberikan oleh dokter dengan memberikan resep obat pada pasien.

d. Terapi perilaku, yaitu terapi yang dimaksudkan agar pasien berubah baik sikap maupun perilakunya terhadap obyek atau situasi yang menakutkan. Secara bertahap pasien dibimbing dan dilatih untuk menghadapi berbagai objek atau situasi yang menimbulkan rasa panik dan takut. Sebelum melakukan terapi ini diberikan psikoterapi untuk memperkuat kepercayaan diri.


Sumber:

http://www.scribd.com/doc/51511541/7/Faktor-Faktor-yang-Mempengaruhi-Kesehatan-Mental

http://www.idp-europe.org/eenet-asia/eenet-asia-9-ID/page32.php

 
FiHan© DiseƱado por: Compartidisimo