Akulturasi
Dan Relasi Internakultural
Nama : Hany Fitriani
Kelas : 3 PA05
Npm : 19510266
Pengertian
Akulturasi
adalah suatu proses
sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur
dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan
diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur
kebudayaan kelompok itu sendiri. Contoh akulturasi: Saat budaya rap dari
negara asing digabungkan dengan bahasa Jawa, sehingga menge-rap dengan
menggunakan bahasa Jawa. Ini terjadi di acara Simfoni Semesta Raya.
Di
dalam ilmu sosial dipahami bahwa akulturasi merupakan proses pertemuan
unsur-unsur kebudayaan yang berbeda yang diikuti dengan
percampuran unsur-unsur tersebut namun perbedan diantara unsur-unsur asing
dengan yang asli masih tampak. Menurut
Herskovitz, Linton, Redfield (dalam Berry, 1999) akulturasi dipahami
sebagai fenomena yang akan terjadi tatkala kelompok-kelompok individu yang
memiliki budaya berbeda terlibat dalam kontak
yang berlangsung secara tangan pertama (langsung) yang selanjutnya berpindah
kepada orang lain sejalan dengan pola budaya asal dari
kelompok tersebut. Secara psikologis, dampak dari akulturasi adalah stress
pada individu-individu yang berinteraksi dalam pertemuan-pertemuan kultur
tersebut.
Berikut
ada Contoh-contoh dari hasil akulturasi
budaya sangat beraneka ragam. Dalam bidang kesenian, arsitektur, agama dan
lain-lain. Di antaranya :
1. Bentuk bangunan Masjid Sunan Kudus adalah salah satu
akulturasi antara Hindu-Islam.
2. Candi-candi di
Indonesia sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa Indonesia dengan
seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa
Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu
bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Candi
Borobudur merupakan wujud dari akulturasi antara agama Hindu-Budha di
Indonesia.
3. Bangunan
rumah di daerah Kota, Jakarta Utara dan Juga Museum Fatahillah Jakarta
merupakan wujud akulturasi dari kebudayaan yang dibawa oleh bangsa-bangsa Eropa
ketika menjajah Indonesia. Bangunan Museum Fatahillah menyerupai Istana Dam di
Amsterdam, yang terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur
dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang
pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.
4. Selain dalam bidang arsitektur, akulturasi
budaya juga berpengaruh dalam bidang kesenian. Cabang seni rupa yang berkembang
adalah seni ukir dan seni lukis. Pola-pola hiasannya meniru zaman pra-islam,
seperti daun-daunan, bunga-bungaan, bukit-bukit karang, pemandangan,
garis-garis geometri, kepala kijang, dan ular naga. Contoh, masjid yang di hias
dengan ukiran adalah masjid Mantingan, dekat jepara yang terdapat lukisan kera,
ukiran gapura di candi Bentar di Tembayat, Klaten, yang dibuat pada masa Sultan
Agung pada tahun 1633, dan gapura Sendang Duwur di Tuban. Pada zaman islam juga
berkembang seni rupa yang disebut kaligrafi, yaitu seni menulis indah .
5. Perwayangan di daerah jawa dan sekitarnya yang
mengangkat cerita Ramayana dan Mahabarata merupakan wujud akulturasi kebudayaan
antara Hindu-Budha di bidang kesenian.
6. Tari Betawi. Sejak dulu orang Betawi tinggal di
berbagai wilayah Jakarta. Ada yang tinggal di pesisir, di tengah kota dan
pinggir kota. Perbedaan tempat tinggal menyebabkan perbedaan kebiasaan dan
karakter. Selain itu interaksi dengan suku bangsa lain memberi ciri khas bagi
orang Betawi. Tari yang diciptakanpun berbeda. Interaksi orang Betawi dengan
bangsa Cina tercipta tari cokek, lenong, dangambang kromong.
7. Alat musik Tanjidor selain mendapat pengaruh dari
budaya Cina, kesenian Betawi dipengaruhi oleh beragam budaya dari Eropa. Orkes
Tanjidor, misalnya, mulai ada sejak abad ke-18. Konon salah seorang Gubernur
Jenderal Belanda, Valckenier menggabungkan rombongan 15 orang pemain alat musik
tiup Belanda dengan pemain gamelan, pesuling Cina, dan penabuh tambur Turki
untuk memeriahkan pesta.
8. Orkes Gambus. Budaya Timur Tengah ternyata juga
memiliki pengaruh kuat dalam khasanah Betawi, hal ini terbukti bahkan sampai
saat ini di seantero Jakarta terdapat puluhan grup orkes gambus. Orkes ini
biasanya ditampilkan di acara pesta perkawinan untuk mengiringi para penyanyi
gambus baik laki maupun perempuan. Mereka biasanya membawakan lagu-lagu gambus
dengan lirik religius maupun lagu-lagu cinta berbahasa Arab.
9. Wayang Betawi. Salah satu produk budaya Betawi hasil
akulturasi dari budaya Jawa dan Sunda adalah wayang. Namun demikian, pengaruh
Sunda lebih tampak dalam kesenian ini. Mungkin secara geografis memang lebih
dekat. Misalnya dalam hal penggunaan bahasa. Dalam wayang digunakan bahasa
Betawi campur Sunda. Dalam dunia pewayangan Betawi dikenal dua jenis wayang:
Wayang Kulit (dalang terkenalnya H. Surya Bonang alias Ki Dalang Bonang), serta
Wayang Golek (dalang terkenalnya Tizar Purbaya). Umumnya, wayang Betawi
mengambil lakon tentang kehidupan kerajaan di dunia pewayangan. Ada pula tokoh
komedi Udel (persamaannya Cepot di dalam Sunda).
10.
Tari Kcak adalah
pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an dan dimainkan
terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau
lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu
menyerukan “cak” dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat
barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari
ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi
tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan
kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat. Para penari yang
duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur
melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain
yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman,
dan Sugriwa. Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang. Selain itu,
tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki
penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana. Ini merupakan akulturasi kebudayaan
Hindu-Budha di Indonesia
Faktor-Faktor
Pendorong
A. Faktor Internal :
- kesadaran diri sebagai makhluk sosial
- tuntutan kebutuhan
- jiwa dan semangat gotong royong
B. Faktor External :
- tuntutan perkembangan zaman
- persamaan kebudayaan
- terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
- persaman visi, misi, dan tujuan
- sikap toleransi
- adanya kosensus nilai
- adanya tantangan dari luar
C. Homogenitas Kelompok
Dalam masyarakat yang kemajemukannya rendah,
integrasi sosial akan mudah dicapai
D. Besar Kecilnya Kelompok
Dalam kelompok kecil integrasinya lebih
mudah.
E. Mobilitas Geografis
adaptasi sangat diperlukan mempercepat
integrasi.
F. Efektivitas Komunikasi
Komunikasi yang efektif akan mempercepat
integrasi.
Pada
dasarnya stres terjadi ketika individu menafsirkan yang salah terhadap
keterlibatannya dalam lingkungan sosialya, sehingga berdampak dalam fisik, psikologis,
maupun sosialnya. Stres dapat terjadi pada setiap kehidupan baik dalam
lingkungan yang lama maupun lingkungan baru, baik dalam lingkungan yang sama
budayanya maupun yang berbeda budaya. Stres yang terjadi karena adanya proses
pertemuan budaya yang berbeda disebut Stres Akulturasi. Stres akulturasi
sebagai gejala yang dialami individu ketika stesor-stresor yang berasal dari
perbedaan antara kebudayan baru yang tidak sesuai dengan pribadi mereka dan
tidak sesuai dengan kebudayan yang dianut sebelumnya. Furnham dan Bochner
(dalam Berry, 1999) menggunakan istilah kejutan budaya (Culture
Shock) untuk mendifisinikan hal tersebut.
Pengertian
relasi
internakultural adalah budaya yang
berbeda dipahami, dinilai,diterima, atau
dikeluarkan (ditolak) dalam satu perspektif dan tindakan budayatertentu
(penulisan sastra) sehingga dalam proses tersebut secara imajinatif menujudan menjadi satu bentuk cara
kehidupan tertentu yang berbeda dengan kenyataansesungguhnya.
sudut pandang
interkulturalisme adalah suatu upaya yang mencoba menjelaskan relasi-relasi
antarbudaya, proses- proses negosiasi,
dan hal-hal apa saja yang berpengaruh terhadap relasi dannegosiasi
tersebut, dan mengapa hal tersebut terjadi.
faktor yang
berpengaruh terhadaprelasi-relasi antarbudaya tersebut.
Hal-hal itu antara lain faktor : politik,
ekonomi, pendidikan, agama,
teknologi, seksualitas, tradisi, dan gender. Dalam kesempatanini tidak semua faktor dibicarakan, tetapi hanya membicarakan faktor agama, politik,
dan ekonomi. Keinginan manusia untuk berkelompok,
atau bermasyarakat, atau bahkan berbangsa dan bernegara berdasarkan unsur etnis, ras, agama, daerah, atau kebahasaan,
merupakan faktor politik yang layak
diperhitungkan
sehingga faktor tersebut memisahkan ataumempertemukan individu-individu.
Persoalannya adalah bagaimana manusiamempraktikkan politik dalam mengelola kelompok, masyarakat, bangsa, ataunegara tersebut.
Di
samping faktor politik, ekonomi juga merupakan faktor utama dalam proses
perjumpaan antarbudaya. Faktor ekonomi
jauh lebih aman daripada faktor politik. Sebagai
misal, dalam beberapa novel, karena seseorang miskin, merekamelakukan
migrasi (ke kota) untuk mencari penghidupan yang lebih layak. Karenamereka migrasi, seseorang
bersentuhan dengan budaya yang berbeda dari tempatasalnya. Boleh dikata, sebagian besar novel
menceritakan bagaimana para tokoh berpindah dari tempat asalnya, dan dalam proses itu tokoh mendapat
pengalamankultural yang
berbeda, dan menyebabkan
tokoh tersebut menjadi sesuatu yang berbeda berkat proses interkultralisasi.
Agama formal merupakan
sesuatu yang dianggap sebagai motor atausumber inspirasi bagi
berbagai tindakan sosial dan ekonomi, atau sebagai konsepfilosofi dan etik yang
berpengaruh terhadap masyarakat (Weber,
1958). Agama berperan sangat penting dalam berbagai kebudayaan
sehingga agama dianggapsalah satu pemicu
berbagai tindakan kultural, dalam berbagai tujuan dankepentingan.
Berdasarkan pembacaan terhadap sejumlah novel-novel pada masaOrde Baru, maka agama formal perlu diperhitungkan
sebagai salah satu faktor penting bagi proses
interkulturalisasi, tetapi dalam pengertian terbatas. (Dalamkonteks yang berbeda, bandingkan juga dengan
tesis Leur, 1955).Hal tersebut dimungkinkan
karena hal itu masih berkaitan denganterjadinya semacam kesungkanan
untuk menjadikan agama sebagai satu sistemnilai
yang membedakan orang per orang dan hal itu masih berkaitan dengan
politik SARA yang diterapkan oleh
negara (Orde Baru) dalam mengelola masyarakatIndonesia, termasuk dalam
mengelola atau mengontrol imajinasi para pengarangIndonesia. Paling tidak novel terkenal karya Umar Kayam,
Para Priyayi ,memperlihatkan kecenderungan
tersebut. Beberapa novel Kuntowijoyo dan AhmadTohari memang menyinggung persoalan dan peranan agama dalam prosesinterkulturalitas.
Akan tetapi, posisi agama dalam beberapa novel tersebutditempatkan sebagai suatu agama yang tidak formal,
yakni berkaitan dengankepercayaan
dan keyakinan individu yang bersifat kultural.Di balik faktor-faktor di
atas, secara kultural terdapat sejumlah kekuatandiskursif lain sebagai pembentuk kebudayaan yang ikut menentukan
perbedaan dan persamaan budaya sehingga faktor-faktor tersebut
menjadi berbeda atau samadalam aktualisasinya. Hal-hal itu antara lain; pandangan
dunia, kepercayaan, nilai-nilai, pengalaman sejarah, mitos(logi), dan
berimplikasi terhadap otoritas status(struktur
sosial) dalam masyarakat bersangkutan (Asante, 1980). Berbagai kekuatan4
diskursif pembentuk tersebut yang
menyebabkan berbagai perbedaan dan kesamaansetiap individu sebagai anggota
masyarakat.. Interkulturalisme
Sebagai Strategi Proses dan mekanisme
interkulturalisasi di Indonesia memperlihatkangejala yang berbeda untuk
setiap lokalitas dan konteksnya. Pada masa-masa dulu, proses interkulturasi
berjalan lambat. Hal ini berkaitan dengan sarana danmekanisme pertemuan
antarbudaya yang belum memadai seperti transportasi dansistem komunikasi yang
belum berkembang. Itulah sebabnya, lokalisme budayamasih sangat tinggi karena masyarakat secara kultural masih terikat dengankepentingan
lokalitasnya (nilai-nilai, norma-norma, adat istiadat, agama,kepercayaan-kepercayaan lokal). Segala hal yang
berbau lokalitas dijadikan identitas oleh masyarakatnya karena masyarakat juga
tidak memiliki banyak pilihan.
0 komentar:
Posting Komentar