topbella

Selasa, 16 April 2013

Logoterapi




 

Logoterapi

Viktor Emil Frankl adalah seorang dokter ahli saraf dan jiwa (neuropsikiater) keturunan Yahudi yang dilahirkan pada tanggal 26 Maret 1905, di Wina Australia. Ketika Perang Dunia ke II pecah tahun 1942, Frankl bersama istri dan orangtuanya termasuk salah satu dari ribuan warga Yahudi yang ditahan oleh tentara Nazi, dan dimasukan ke dalam kamp konsentrasi. Selama tiga tahun menjadi tahanan tentara Nazi, Frankl mengalami sebagai penghuni kamp-maut Anschwitz, Dachau, Treblinka, dan Maniek. Kamp-kamp tersebut terkenal sebagai “kamp-konsentrasi maut”, di mana ribuan orang Yahudi yang tidak bersalah menjadi sasaran utama program pemusnahan yang intensif oleh Adolf Hitler. Di dalam Kamp-konsentrasi itulah Frankl menyaksikan para tahanan disiksa, di teror, dan di bunuh secara kejam. Ia sendiri mengalami penderitaan yang luar biasa. Walaupun demikian, di dalam keterbatasannya sebagai manusia, Frankl berusaha turut meringankan penderitaan sesama tahanan, baik secara medis maupun secara psikologis. Frankl membesarkan hati mereka yang putus asa dan membantu menunjukkan hikmat dan arti hidup, walaupun mereka dalam keadaan menderita. Di dalam pengamatan Frankl melihat bahwa dalam keadaan yang mencekam dan sarat dengan penderitaan, ada sebagian tahanan yang tepat menunjukkan sikap tabah, bertahan, dan bahkan berusaha membantu sesama tahanan. Namun, di lain pihak, sebagian besar tahanan mengalami putus asa, apatis dan kehilangan semangat hidup; tidak jarang mereka melakukan bunuh diri guna membebaskan diri dari penderitaan. Dari kedua sikap tersebut di atas Frank melihat bahwa tahanan yang tetap menunjukkan sikap tabah dan mampu bertahan ituadalah mereka yang berhasil mengembangkan dalam diri mereka harapan-harapan di mana akan tiba saat pembebasan dan dapat bertemu kembali dengan anggota-anggota keluarganya, serta meyakini datangnya pertolongan tuhan dengan berbuat kebajikan, berhasil menemukan dan mengembangkan makna dari penderitaan mereka (meaning in suffering).
    Prinsip dan Konsep Dasar
Pandangan Frankl tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti. Tentu saja ini merupakan kerangka, di dalamnya segala sesuatu yang lain diatur. Frankl berpendapat bahwa manusia harus dapat menemukan makna hidupnya sendiri dan kemudian setelah menemukan mencoba untuk memenuhinya. Bagi Frankl setiap kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang harus dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah prinsip utama teori Frankl yang dinamakan Logoterapi.
Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna, dan makna hidup. Kata “logo” berasal dari bahasa Yunani “logos” yang berarti makna atau meaning dan juga “rohani”. Adapun kata “terapi” berasal dari bahasa Inggris therapy yang artinya penggunaan teknik-teknik menyembuhkan dan mengurangi suatu penyakit. Jadi, kata logoterapi artinya penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui penemuan makna hidup. Istilah tema utama logoterapi adalah karakteristik eksistensimanusia, dengan makna hidup sebagai inti teori. Menurut Frankl yang paling dicari dan diinginkan manusia dalam hidupnya adalah makna, yaitu makna yang didapat dari pengalaman hidupnya baik dalam keadaan senang maupun dalam penderitaan. Konsep keinginan kepada makna (the will to meaning) inilah menjadi motivasi utama kepribadian manusia (Frankl, 1977). Sebutan the will to meaning sengaja dibedakan Frankl dengan sebutan the drive to meaning karena makna dan nilai-nilai hidup tidak mendorong (to push, to drive) tetapi seakan-akan menarik (to pull) dan menawari (to offer) manusia untuk memenuhi kenyataan hidup, yang menurutnya pula tidaklah menyediakan keseimbangan tanpa tegangan, tetapi justru menawarkan suatu tegangan khusus, yaitu tegangan kenyataan diri pada waktu sekarang dan maknamakna yang harus dipenuhi : Bring us Meaning. Di antara kedua hal itulah proses pengembangan pribadi berlangsung.

2.   Konsep Kebebasan Berkeinginan
 Konsep kebebasan berkeinginan (freedom of will), mengacu pada kebebasan manusia untuk menentukan sikap (freedom to take a stand) terhadap kondisi-kondisi biologis, psikologi, dan sosiokultural. Kualitas ini adalah khas insani yang bukan saja merupakan kemampuan untuk mengambil jarak (to detach) terhadap berbagai kondisi lingkungan, melainkan juga kondisi diri sendiri ( self-detachment ). Dalam pandangan Logoterapi kebebasan disini adalah kebebasan yang bertanggung jawab agar tidak berkembang menjadi kesewenangan. Adapun konsep makna hidup, yaitu hal-hal yang memberikan arti khusus bagi seseorang yang apabila berhasil dipenuhi, akan menyebabkan kehidupannya dirasakan berarti dan berharga, sehingga akan menimbulkan penghayatan bahagia (happines). Makna hidup tidak dapat diberikan oleh siapa pun, tetapi harus dicari dan ditemukan sendiri. Orang lain hanya dapat menunjukkan hal-hal yag potensial bermakna, akan tetapi kembali pada orang itu sendiri untuk menentukan apa yang ditanggapinya. Makna yang kita cari memerlukan tanggung jawab pribadi. Bukan orang lain atau sesuatu yang lain, bukan orang tua, teman, atau bangsa yang dapat memberi kita pengertian tentang arti dan maksud dalam hidup kita. Tanggung jawab kitalah untuk menemukan cara kita sendiri dan tetap bertahan di dalamnya setelah kita temukan. Seperti yang dilakukan oleh Frankl, kita harus menghadapi kondisi-kondisi eksistensi kita secara bertanggung jawab dan bebas menemukan dalam kondisi-kondisi itu suatu maksud. Kehidupan terus menerus menantang kita dan respon kita tidak dapat dilakukan dengan berbicara atau berkontemplasi, melainkan dengan perbuatan-perbuatan, yang mengungkapkan dengan jelas arti yang kita peroleh dalam kehidupan kita. Kekurangan makna hidup, bagi Frankl, merupakan suatu neourosis; dia menyebut kondisi ini noögenic neurosis. Inilah suatu keadaan yang bercirikan tanpa arti, tanpa maksud, tanpa tujuan dan hampa. Frankl menulis tentang kawan-kawan setahanannya, “celakalah dia yang tidak lagi melihat arti dalam kehidupannya, tidak lagi melihat tujuan, tidak lagi melihat maksud, dan karena hal tersebut ada sesuatu yang turut serta. Dia akan merasa kehilangan”. Karena tidak merasa kehidupan yang penuh dan gairah, maka orang semacam itu berada dalam kekosongan eksistensial , suatu kondisi yang menurut keyakinan Frankl adalah lumrah dalam masa yang sudah modern ini. Banyak di antara kita menderita noögenic neurosis sebagai akibat dari dua kondisi. Pertama, ketika manusia berkembang dari binatang yang lebih rendah, mereka kehilangan dorongandorongan dan insting-insting alamiah yang menghubungkan mereka dengan alam. Karena hal ini telah membebaskan kita dari tekanan-tekanan tertentu, ini berarti bahwa tingkah laku tidak di bimbing oleh insting-insting kita; kita harus secara aktif memilih apa yang harus kita lakukan. Frankl menemukan bukti dari kekosongan eksistensial secara besar-besaran dalam banyak kebudayaan, baik kapasitas maupun komunis, dan dia percaya bahwa kekosongan eksistensial itu berkembang dengan pesat, khususnya di Amerika Serikat. Pemecahan Frankl terhadap noögenic neurosis yang berkembang pesat itu ialah kita masing-masing harus menemukan atau mendapat kembali pengertian yang sangat penting tentang arti dan maksud dalam kehidupan. Jika tidak, kita bisa menderita sakit psikologis Logoterapi awalnya ialah suatu metode psikoterapi untuk menangani orang-orang yang kehidupannya kehilangan arti. Logoterapi lebih menekankan teknik daripada teori. Akan tetai seperti dikemukakan Frankl, sesuatu yang tidak berdasarkan teori tentang kodrat manusia dan filsafat kehidupan tidak dapat menjadi bentuk psikoterapi (sama seperti ahli-ahli teori lain, kita akan memusatkan perhatian di sini hanya pada teori kepribadian, bukan  pada teknik-teknik yang dipakai oleh ahli teori untuk mengubah kepribadian).
3.   Hakekat Manusia
Frankl percaya bahwa hakikat dari eksistensi manusia terdiri dari tiga faktor : spiritualitas, kebebasan, dan tanggung jawab. Spiritualitas adalah suatu konsep yang sulit dirumuskan. Tidak  dapat direduksikan, tidak dapat diterangkan dengan istilah-istilah material. Meskipun spiritualitas dapat dipengaruhi oleh dunia material, namun tidak disebabkan atau dihasilkan oleh dunia material itu. Mungkin yang paling baik kita dapat memikirkannya sebagai roh dan jiwa. Kita telah mengemukakan pentingnya kebebasan dalam system Frankl. Kita tidak didikte oleh faktor-faktor non-spiritual, oleh insting, warisan kita yang khusus, atau kondisi-kondisi dari lingkungan kita. Kita memiliki dan harus menggunakan kebebasan kita untuk memilih bagaimana kita akan bertingkah laku jika kita menjadi sehat secara psikologis. Akhirnya, tidak cukup merasa bebas unuk memilih tetapi kita harus juga menerima tanggung jawab terhadap pilihan. Logoterapi  memperingatkan kita akan tanggung jawab  dengan cara ini. Menurut frankl, kekurangan makna dalam hidup merupakan suatu neurosis dan dia menyebut kondisi ini disebut “neurosis noogenik” yang merupakan suatu keadaan yang bercirikan tanpa makna, tanpa maksud, tanpa tujuan dan hampa.
4.     Keinginan akan makna
Keinginan akan makna merupakan suatu kekuatan (nilai ) yang mendorong manusia untuk memperoleh makna dalam hidup. Keinginan akan makna dalam hidup tidak sama dengan keberadaan, tetapi melampaui keberadaan yang kita sebut dengan tanggung jawab dan komitmen. Manusia individu bertanggung jawab untuk memenuhi makna khusus kehidupan pribadinya terhadap masyarakat, kemanusiaan, atau terhadap dirinya sendiri. Keinginan akan makna berasal dari keinginan bawaan manusia untuk memberikan sebanyak mungkin makna bagi hidupnya, mengaktualisasikan sebanyak mungkin nilai- nilai.   


Sumber :  Semium, Y (2009). Kesehatan Mental 1. Jakarta : PT.Kanisisus
Darmo. R. ( 2006). Menjadi Hidup Penuh Makna. Jakarta : Gramedia. Wardalisa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/26405/Materi+10++TeoriKepribadianEmilFrankl.pdf ( Tanggal di akses 16 April 2013 ).


0 komentar:

Posting Komentar

 
FiHan© Diseñado por: Compartidisimo