Rational Emotive Therapy
A. Konsep utama
RET dibangun berdasarkan atas filosofi bahwa “ apa
yang menganggu jiwa manusia bukanlah peristiwa – peristiwa, tetapi bagaimana
manusia itu mereaksi atau berprasangka terhadap peristiwa- peristiwa tersebut
“. RET tidak memusatkan perhatian kepada peristiwa- peristiwa masa lalu,
tetapi lebih kepada peristiwa yang
terjadi saat ini dan bagimana reaksi
terhadap peristiwa tersebut. Ret juga percaya bahwa setiap manusia mempunyai
pilihan, mampu mengontrol ide- idenya, sikap, perasaan, dan tindakan-
tindakannya serta mampu menyusun kehidupannya menurut kehendak atau pilihannya
sendiri. Seseorang berperilaku tertentu karena ia percaya harus bertindak dalam
cara itu. Sedangkan gangguan emosiona; terletak pada keyakinan irasional.
Dengan kata lain keyakinan irasional lah yang menyebabkan gangguan emosional.
Asumsi lainnya, bahwa berpikir dan emosi
bukan dua proses yang terpisah, tetapi dua hal yang saling tumpang tindih, dan
dalam prakteknya saling terkait.
Dalam
pandangan RET, kecemasan bukanlah irasional, tetapu sebagi ketidaktepatan
perasaan ( inaproproate feeling )
yang terbangun secara luas dari ide- ide
rasional. Dijelaskan oleh Burk dan Steffler (1983) bahwa ketepatan perasaan
umumnya berisi berbagai jenis perasaan yang muncul ketika terjadi halangan terhadap kebutuhan, keinginan, atau harapan –
harapannya. Ketepatan emosi positif termasuk cinta, kebahagian, kesenangan, dan
rasa ingin tahu. Ketepatan emosi negative dapat berupa duka cita, penyesalan,
frustasi, gangguan, kejengkelan, tidak puas, dan sifat lekas marah. Emosi
negative disebut “ sesuai” atau “ tepat” karena selalu membantu orang untuk
merubah kondisi – kondisi yang di alamu kea rah yang lebih baik atau lebih
obyektif. Dalam pandangan RET setiap manusia memiliki kapasitas untuk mengubah
pikiran, perilaku, dan perasaan – perasaannya, selama ia mampu memaksakan diri
untuk berpikir dan bertindak lain melalui cara – cara yang lebih baik, rasional
dan konstruktif.
B. Tujuan
Menurut Thomson dan Rudolf (1983) tujuan RET adalah
mengajarkan klien untuk berpikir dan secara personal lebih puas dalam cara –
cara merealisasikan pilihan- pilihan antara kebencian diri dan perilaku
negative, meningkatkan kepada perilaku yang positif dan efisien. Dalam istilah
lain tujuan RET adalah membantu klien memahami kepercayaan irasionalnya, dengan
mendebat, melepaskan atau mengusirnya, dan selanjutnya merubahnya dengan
pemikiran yang lebih positif dan irasional.
C. Hakikat Masalah
Pada hakikatnya teori
ini mendorong manusia untuk mau menerima dirinya sebagai mahluk yang memiliki
sisi negatif (selalu membuat kesalahan) dan sisi positif (belajar hidup damai
dengan dirinya sendiri). Masalah atau gangguan
emosional berasal dari (a) kita mempelajari keyakinan yang tidak rasional
adalah dari orang lain yang signifikan pada masa kanak – kanak, (b) Kita
sendiri yang menciptakan dogma dan takhayul (superstision) yang tidak rasional
itu, kemudian (c) secara aktif kita menanamkan kembali keyakinan keliru itu
dengan jalan memproses sugesti pada diri sendiri (self repetition). Jadi disfungsional terjadi karena sebagian besar pergaulan yang
kita buat sendiri terhadap pikiran yang tidak rasional yang diindoktrinasikan
kepada kita dulu yang memberikan tuntutan kepada kita agar dunia ini
seharusnya, seyogyanya, dan harus berbeda.
Ellis menggambarkan hakikat masalah ini dengan konsep berikut:
Ellis menggambarkan hakikat masalah ini dengan konsep berikut:
A (Activing event) B
(Believe) C(emotional and behavioral consequence)
v A adalah keberadaan
fakta, suatu peristiwa, atau perilaku atau sikap seorang individu
v
B adalah Keyakinan si pribadi (A), pandangan, nilai, atau
verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa.
v
C adalah Konsekuensi emosi dan perilaku ataupun reaksi si
individu; reaksi tersebut bisa cocok atau tidak.
Dalam konsep ini
peristiwa yang sedang terjadi pada (A) tidak menjadi penyebab pada (C atau konsekuensi
emosi), melainkan (B atau keyakinan si pribadi pada A) yang menjadi
penyebabnya. Misalnya, apabila seorang mengalami depresi setelah bercerai dengan
suami atau istrinya, mungkin bukan
perceraian (A) itu sendiri yang menjadi penyebab reaksi dalam bentuk depresi,
tetapi keyakinan si individu (B) bahwa ia gagal, merasa di tolak, atau
kehilangan pasangan yang menjadi penyebabnya.
D. Proses dan teknik
Dalam RET menitikberatkan pada aspek kognitif, namun
dipercayai bahwa antara pikiran ( kognitif) , perasaan, dan perilaku merupakan
sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, karena itu terdapat 3 aspek yang harus
mendapatkan perhatian. Meliputi:
1)
Teknik – teknik
kognitif
Teknik
– teknik kognitif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berpikir
klien. Teknik- teknik ini meliputi :
a)
Pengajaran : menunjukkan beta tidak
logisnya cara berpikir klien sehingga meninbulkan gangguan emosi dan
mengajarkan cara- cara berpikir yang lebih positif dan rasional.
b)
Persuasive : melalui berbagai argumentasi,
konselor menyakinkan klien untuk mengubah pandangannya yang keliru.
c)
Konfrontasi :menyerang ketidakrasionalan
berpikir klien dan membawanya kea rah berfikir yang lebih rasional.
d)
Pemberian Tugas :
member tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan tertenty
dalam situasi nyata.
2)
Teknik – teknik
Emotif
Teknik
– teknik Emotif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Dalam
teknik ini, konselor harus mampu menerima klien tanpa syarat. Termasuk teknik
ini di antaranya adalah sosiodrama, role
playing, modeling atau selft modeling, latihan asertif ( mendorong keberanian dan
kebiasaan klien dengan pola perilaku tertentu yang di inginkannya ), humor,
serta latihan melawan rasa malu.
3)
Teknik – teknik
perilaku
Teknik
ini digunakan untuk mengubah tingkah laku klien yang tidak di inginkan.
Termasuk teknik ini adalah melalui penerapan prinsip penguatan ( Reinforcement ), teknik permodelan
social ( Social modeling ), serta relaksasi.
Sumber :
Kuntjojo, Profesionalisasi bimbingan dan konseling
Sunardi,
P. & Assjari,M. (2008). Teori Konseling. Bandung : PLB FIB UPI.
0 komentar:
Posting Komentar