topbella

Senin, 29 April 2013

Rational Emotive Therapy



Rational Emotive Therapy  

    Tokoh utama Rational Emotive Therapy ( RET) adalah Albert Ellis. Terapi ini hakekatnya dibangun berdasar atas ketidakpuaan Albert Ellis terhadap teori Psikoanalisa serta berdasar atas pemahamannya tentang teori behavioral. Dalam teorinya, Albert Ellis ( Thomson dan Rudolf, 1983) juga menyatakan bahwa secara alamiah setiap manusia adalah irasional, mengalahkan dirinya sendiri, sehingga perlu pemikiran dengan cara – cara  lain. Ia juga menyatakan bahwa secara alamiah manusia dapat menjadi “Helpful” dan “ loving” sepanjang mereka tidak da[at berpikir rasional.  Dijelaskan pula tentang adanya siklus tertentu dalam berpikir irasional, dimana ketika seseorang dikuasi pemikiran irasional, maka pemikiran tersebut akan mengarahkan kepada kebencian diri. Kebencian diri selanjutnya akan mengarahkan kepada perilaku merusak diri ( self destructive ), dan kemudian secepatnya menumbuhkan kebencian kepada orang lain. Kebencian trehadap orang lain, pada akhirnya menyebabkan orang lain mereaksi secara irasional. Sedangkan adanya reaksi irasional orang lain, akan menjadikan rasionalya semakin terpelihara.
A.  Konsep utama
RET dibangun berdasarkan atas filosofi bahwa “ apa yang menganggu jiwa manusia bukanlah peristiwa – peristiwa, tetapi bagaimana manusia itu mereaksi atau berprasangka terhadap peristiwa- peristiwa tersebut “. RET tidak memusatkan perhatian kepada peristiwa- peristiwa masa lalu, tetapi  lebih kepada peristiwa yang terjadi saat ini dan bagimana  reaksi terhadap peristiwa tersebut. Ret juga percaya bahwa setiap manusia mempunyai pilihan, mampu mengontrol ide- idenya, sikap, perasaan, dan tindakan- tindakannya serta mampu menyusun kehidupannya menurut kehendak atau pilihannya sendiri. Seseorang berperilaku tertentu karena ia percaya harus bertindak dalam cara itu. Sedangkan gangguan emosiona; terletak pada keyakinan irasional. Dengan kata lain keyakinan irasional lah yang menyebabkan gangguan emosional. Asumsi lainnya, bahwa berpikir dan  emosi bukan dua proses yang terpisah, tetapi dua hal yang saling tumpang tindih, dan dalam prakteknya saling terkait. 
            Dalam pandangan RET, kecemasan bukanlah irasional, tetapu sebagi ketidaktepatan perasaan ( inaproproate feeling ) yang terbangun secara luas  dari ide- ide rasional. Dijelaskan oleh Burk dan Steffler (1983) bahwa ketepatan perasaan umumnya berisi berbagai jenis perasaan yang muncul ketika terjadi halangan  terhadap kebutuhan, keinginan, atau harapan – harapannya. Ketepatan emosi positif termasuk cinta, kebahagian, kesenangan, dan rasa ingin tahu. Ketepatan emosi negative dapat berupa duka cita, penyesalan, frustasi, gangguan, kejengkelan, tidak puas, dan sifat lekas marah. Emosi negative disebut “ sesuai” atau “ tepat” karena selalu membantu orang untuk merubah kondisi – kondisi yang di alamu kea rah yang lebih baik atau lebih obyektif. Dalam pandangan RET setiap manusia memiliki kapasitas untuk mengubah pikiran, perilaku, dan perasaan – perasaannya, selama ia mampu memaksakan diri untuk berpikir dan bertindak lain melalui cara – cara yang lebih baik, rasional dan konstruktif.
B.   Tujuan
Menurut Thomson dan Rudolf (1983) tujuan RET adalah mengajarkan klien untuk berpikir dan secara personal lebih puas dalam cara – cara merealisasikan pilihan- pilihan antara kebencian diri dan perilaku negative, meningkatkan kepada perilaku yang positif dan efisien. Dalam istilah lain tujuan RET adalah membantu klien memahami kepercayaan irasionalnya, dengan mendebat, melepaskan atau mengusirnya, dan selanjutnya merubahnya dengan pemikiran yang lebih positif  dan irasional.
C.   Hakikat Masalah
Pada hakikatnya teori ini mendorong manusia untuk mau menerima dirinya sebagai mahluk yang memiliki sisi negatif (selalu membuat kesalahan) dan sisi positif (belajar hidup damai dengan dirinya sendiri).  Masalah atau gangguan emosional berasal dari (a) kita mempelajari keyakinan yang tidak rasional adalah dari orang lain yang signifikan pada masa kanak – kanak, (b) Kita sendiri yang menciptakan dogma dan takhayul (superstision) yang tidak rasional itu, kemudian (c) secara aktif kita menanamkan kembali keyakinan keliru itu dengan jalan memproses sugesti pada diri sendiri (self repetition). Jadi disfungsional terjadi karena sebagian besar pergaulan yang kita buat sendiri terhadap pikiran yang tidak rasional yang diindoktrinasikan kepada kita dulu yang memberikan tuntutan kepada kita agar dunia ini seharusnya, seyogyanya, dan harus berbeda.

Ellis menggambarkan hakikat masalah ini dengan konsep berikut:
A (Activing event) B (Believe) C(emotional and behavioral consequence)
v  A adalah keberadaan fakta, suatu peristiwa, atau perilaku atau sikap seorang individu
v  B adalah Keyakinan si pribadi (A), pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa.
v  C adalah Konsekuensi emosi dan perilaku ataupun reaksi si individu; reaksi tersebut bisa cocok atau tidak.
Dalam konsep ini peristiwa yang sedang terjadi pada (A) tidak menjadi penyebab pada (C atau konsekuensi emosi), melainkan (B atau keyakinan si pribadi pada A) yang menjadi penyebabnya. Misalnya, apabila seorang mengalami depresi setelah bercerai dengan suami atau  istrinya, mungkin bukan perceraian (A) itu sendiri yang menjadi penyebab reaksi dalam bentuk depresi, tetapi keyakinan si individu (B) bahwa ia gagal, merasa di tolak, atau kehilangan pasangan yang menjadi penyebabnya.
D.   Proses dan teknik
Dalam RET menitikberatkan pada aspek kognitif, namun dipercayai bahwa antara pikiran ( kognitif) , perasaan, dan perilaku merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, karena itu terdapat 3 aspek yang harus mendapatkan perhatian. Meliputi:
1)        Teknik – teknik kognitif
Teknik – teknik kognitif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berpikir klien. Teknik- teknik ini meliputi :
a)      Pengajaran               : menunjukkan beta tidak logisnya cara berpikir klien sehingga meninbulkan gangguan emosi dan mengajarkan cara- cara berpikir yang lebih positif dan rasional.
b)      Persuasive                : melalui berbagai argumentasi, konselor menyakinkan klien untuk mengubah pandangannya yang keliru.
c)      Konfrontasi                :menyerang ketidakrasionalan berpikir klien dan membawanya kea rah berfikir yang lebih rasional.
d)      Pemberian Tugas     :  member tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan tertenty dalam situasi nyata.
2)      Teknik – teknik Emotif
Teknik – teknik Emotif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Dalam teknik ini, konselor harus mampu menerima klien tanpa syarat. Termasuk teknik ini di antaranya adalah sosiodrama, role playing, modeling atau selft modeling,  latihan asertif ( mendorong keberanian dan kebiasaan klien dengan pola perilaku tertentu yang di inginkannya ), humor, serta latihan melawan rasa malu.
3)      Teknik – teknik perilaku
Teknik ini digunakan untuk mengubah tingkah laku klien yang tidak di inginkan. Termasuk teknik ini adalah melalui penerapan prinsip penguatan ( Reinforcement ), teknik permodelan social (  Social modeling ), serta relaksasi.

 
Sumber : Kuntjojo, Profesionalisasi bimbingan dan konseling
Sunardi, P. & Assjari,M. (2008). Teori Konseling. Bandung : PLB FIB UPI.


0 komentar:

Posting Komentar

 
FiHan© Diseñado por: Compartidisimo